Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai
berikut.
1) Nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a) Bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama
cabang .
b) Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama
rantai induk.
(John Mc. Murry Fay, 4th ed.)
Contoh:
2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam
molekul. Bila terdapatdua atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang
mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana,tergantung pada
panjang rantai.
Contoh:
3) Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang
sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil
mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R
(lihat tentang alkil).
4) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu
rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai
induk sedemikian hingga posisi cabang mendapat nomor terkecil. Contoh:
5) Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini
dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan
seterusnya pada nama cabang.
6) Cabang – cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad
dari nama cabang itu.
Misalnya:
• Etil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
• Isopropil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
Berdasarkan aturan tersebut, penamaan alkana dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang
mempunyai cabang terbanyak.
2) Memberi penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga
cabang mendapat nomor terkecil.
3) Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun
menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang
dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan
tanda koma (,), sedangkan antara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (–). Berikut
ini contoh pemberian nama pada alkana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar