Minggu, 29 April 2012

Aturan IUPAC untuk Penamaan Alkana Bercabang


Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai berikut.

1) Nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a) Bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang .
b) Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk.
(John Mc. Murry Fay, 4th ed.)
Contoh:

2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila terdapatdua atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana,tergantung pada panjang rantai.
Contoh:

3) Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang alkil).

4) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang mendapat nomor terkecil. Contoh:

5) Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada nama cabang.

6) Cabang – cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu.
Misalnya:
• Etil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
• Isopropil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
Berdasarkan aturan tersebut, penamaan alkana dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
2) Memberi penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga cabang mendapat nomor terkecil.
3) Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,), sedangkan antara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (–). Berikut ini contoh pemberian nama pada alkana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar